Demikian #Obsat ke-201: Festival Musik Kian Dilirik. Terima kasih kepada narsum malam ini @DGontha, @GlennFredly, @arioadimas, dan moderator @teguhwicaksono. #Obsat pic.twitter.com/MuBla1yvol
— Obsat BeritagarID (@obsat) March 21, 2018
Demikian #Obsat ke-201: Festival Musik Kian Dilirik. Terima kasih kepada narsum malam ini @DGontha, @GlennFredly, @arioadimas, dan moderator @teguhwicaksono. #Obsat pic.twitter.com/MuBla1yvol
— Obsat BeritagarID (@obsat) March 21, 2018
Tak hanya musik atau nonton pertunjukan, festival juga digunakan sebagai media promosi sektor lain. @DGontha #Obsat
— Obsat BeritagarID (@obsat) March 21, 2018
Ibaratnya, hingga hari ini industri musik Indonesia masih bergantung pada rokok - Glenn Fredly
Mengapa harga Java Jazz tidak semahal harga tiket Celine Dion?
Dewi Gontha: Java Jazz menargetkan ke seluruh ke kalangan masyarakat sehingga dapat diterima. Selain itu, masyarakat sensitif terhadap harga sehingga tidak bisa menjual tiket dengan harga lebih mahal.
Tiket palsu sangat ditakutkan oleh promotor dan technology provider, dimana bisa jadi pihak yang disalahkan sementara bukan merupakan kesalahannya - Ario Adimas
Seberapa penting pemerintah dalam industri musik?
Glenn Fredly: pentingnya pemerintah sebagai pembuat kebijakan agar dapat melindungi central data industri musik. Agar ekosistem industri musik dapat berjalan lebih baik.
Glenn Fredly: pemilihan hari hingga keinginan gua memberikan experience yang lebih untuk masyarakat sehingga gua bikin sebuah sistem.
Mengapa festival sering terlambat?
Beda dengan konser yang mempunyai sistem dan hanya menghadapi satu musisi, festival lebih banyak fraud dimulai dari artis, alat, hingga additional player yang jadwalnya bisa bertubrukan. - Dewi Gontha
Kenapa dapat undangan mudah?
Bilamana sponsor memberikan dukungan dengan nilai tertentu, promotor dapat memberikan return dengan undangan dan tiket. - Dewi Gontha
Pemilihan artis Indonesia dalam festival juga sangat penting, sepenting pemilihan artis luar negeri - Dewi Gontha
10% audience Java Jazz dari luar Indonesia sisanya adalah dari Indonesia - Dewi Gontha
Teknologi canggih bukan jaminan, keberadaan calo kadang juga didukung penyelenggara musik untuk mendongkrak penjualan tiket. @arioadimas #Obsat pic.twitter.com/aAtQyUJJLO
— Obsat BeritagarID (@obsat) March 21, 2018
Calo bisa dituntut oleh pembeli tiketnya (orang yang merasa dirugikan bisa melaporkan ke polisi) - Dewi Gontha
Mengapa Java Jazz tahun ke 13 dikatakan jatuh?
Justru kejatuhan dimana Java Jazz dipenuhi oleh seluruh musisi Jazz, dan hanya satu yang di luar Jazz. Pada penjualan tiket justru tidak sebagus saat lebih banyak musisi di luar Jazz. - Dewi Gontha
Pertimbangan sebelum membuat konser:
— Obsat BeritagarID (@obsat) March 21, 2018
1. Umur
2. Konsep (musisi yang sedang banyak didengarkan, spotify sebagai rujukan)
3. Dekorasi venue menarik difoto@DGontha #Obsat
Wih ada @GlennFredly di acara #obsat hari ini pic.twitter.com/Pl1SgDwrGn
— Ghifari Firdaus (@GhifariFirdaus) March 21, 2018
Pemerintah tidak bisa dibiarkan sendiri tanpaa gambaran mengenai ekosistem industri musik yang diharapkan, contohnya adalah kasus terakhir antara Bekraf dan ERK. - Glenn Fredly
Teknologi diharapkan dapat menyelesaikan problem industri musik yang ada - Glenn Fredly
Inovasi selalu datang sebelum regulasi - Teguh Wicaksono
Pada kenyataannya, jika penjualan tiket macet, promotor masih berharap calo dapat berjualan, sehingga sulit untuk menuntut calo - Ario Adimas
Tingkat fraud ketika tidak ada penukaran tiket itu dahsyat, sehingga penukaran tiket masih tetap ada - Ario Adimas
untuk merangkul audiens yang lebih muda @JavaJazzFest melakukan riset di spotify dan memasang spot lucu yang instagramable buat di medsos @obsat #obsat
— nur annisa (@ann1s4) March 21, 2018
Untuk membuat festival musik:
Umur, (seperti Java Jazz, selama 14 tahun berjalan, ternyata audience yang senior hanya 7%. Saat membuat Java Jazz 2018, dengan line up yang sesuai millenials justru mengubah pendatang menjadi millenials,18-25). - Dewi Gontha
Ada fenomena menarik, harga tiket festival musik yang termahal dan termurah paling laris. #obsat pic.twitter.com/hBMeUxqXOE
— William Giovanni (@KokoGiovanni) March 21, 2018
Glenn Fredly: saat konferensi di Ambon, kami membahas soal:
1. Venue/infrastruktur, seperti yang sempat dibahas oleh Dewi Gontha
2. Central data, karena hingga saat ini musik Indonesia tak punya central data
3. Teknologi
Ambon juga sudah mulai berbenah untuk menjadikannya kota musik mulai dari policy, kebijakan, hingga pendidikan
Kalo ada musisi yang album/single nya meledak dalam 1-2 tahun, atau dalam 10 tahun tidak datang ke Indonesia pasti tiketnya sold out. @arioadimas #Obsat
— Obsat BeritagarID (@obsat) March 21, 2018
Semakin mahal tiketnya, orang Indonesia akan beli, yang penting prestisius. - Dewi Gontha
Ario Adimas: kita mempunyai data yang gemuk mulai dari siapa saja yang tak jadi beli tiket, sudah membeli tiket tapi tak jadi datang, hingga pada booth mana saja yang didatangi masyarakat. Big data dapat digunakan oleh para promotor agar dapat digunakan sebagai pelajaran sebelum memulai festival musik.
Kenapa Ambon? Selama ini musik berpusat di kota besar atau pulau Jawa @GlennFredly berinisiatif menjadikan Ambon kota musik di Indonesia.
— Obsat BeritagarID (@obsat) March 21, 2018
#Obsat pic.twitter.com/gZh11V8fOg
Dewi Gontha: infrastruktur untuk membuat festival musik masih mengalami beberapa kendala:
1. untuk birokrasi di Indonesia masih sama seperti 14 tahun yang lalu, dimana dari perizinan yang mempunyai banyak pintu, tidak seperti di negara tetangga yang hanya punya satu pintu
2. venue festival juga sebenarnya masih belum memadai untuk sebuah festival musik, terutama dari sisi keamanan
3. namun, banyaknya promotor yang melanggar birokrasi justru bisa membuat pemerintah makin mempersulit diadakannya festival musik di Indonesia
Sudah hadir di @obsat ke 201 dengan pembahasan yang menarik. Diskusi bersama para pembicara: mas Glenn Fredly, mas Ario Adimas, dan Bu Dewi Gontha. #obsat pic.twitter.com/17Zw6vINEK
— William Giovanni (@KokoGiovanni) March 21, 2018
Glenn Fredly: hasilnya dapat dilihat di website konferensimusik.id agar dapat dilaksanakan bukan hanya untuk pemerintah namun juga stakeholders dan masyarakat.
Glenn Fredly: gua mengadakan acara musik di Ambon karena ada agenda menuju Ambon sebagai kota musik Indonesia hingga kota musik dunia hingga menghasilkan 12 deklarasi agar dapat menjadi rekomendasi kepada negara.
Glenn Fredly: konsep sebuah festival yang direpresentasikan ke publik (narasi seperti movement, value yang lebih dari sekedar hiburan) lebih menarik gua untuk hadir di sebuah festival.
Ario Adimas: dalam waktu 3 tahun, sejak lahirnya Loket.com (2013), penjualan tiket naik hingga 3000%. Trigernya dimulai dari event yang semakin banyak (mulai dari kecil hingga besar), millenials lebih banyak spending ke experience.
Dimoderatori oleh @teguhwicaksono, ngobrol seru mengenai industri dan festival musik bersama @DGontha, @GlennFredly, @arioadimas dimulai. #Obsat pic.twitter.com/exi8zZQpUx
— Obsat BeritagarID (@obsat) March 21, 2018
Dewi Gontha: pasar Indonesia justru sulit diyakinkan karena masih tergantung pada line-up, bukan pada festival musik yang diadakan. Jika dibandingkan dengan pasar asing yang lebih siap menikmati festival musik di tahun-tahun berikutnya.
Bagaimana awal terbentuknya Java Jazz?
Dewi Gontha: pertama kali Java Jazz dikerjakan pada tahun 2005, yang merupakan ide langsung dari ayah Dewi Gontha yang mempunyai passion di Jazz, dimana musisi Indonesia selalu dibawa ke festival di luar negeri setiap tahun, hingga akhirnya memutuskan membuat festival musik di Indonesia agar musisi luar negeri justru bisa dibawa ke Indonesia dan lebih mempopulerkan lebih banyak musisi lokal.
Langsung dari ruang narsum #Obsat ke-201: Festival Musik Kian Dilirik. pic.twitter.com/V9XxnmAM3o
— Obsat BeritagarID (@obsat) March 21, 2018
Untuk yang berhalangan hadir ke venue #Obsat ke-201: Festival Musik Kian Dilirik malam ini, selain #livetweet Anda juga dapat menyimak melalui #LiveBlog berikut https://t.co/aFJmNAKeOt
— Obsat BeritagarID (@obsat) March 21, 2018
Sebentar lagi, acara Obsat ke-201: Festival Musik Kian Dilirik akan segera dimulai, untuk Anda yang belum sampai ke venue, masih ditunggu kedatangannya di Eat&Eat FX Sudirman Lantai 5.
ada yang ke @obsat nya @BeritagarID hari ini? pic.twitter.com/4cmk0ZXi6t
— Ario Adimas (@arioadimas) March 21, 2018
Dengan dimoderatori oleh Teguh Wicaksono (Country Head musical.ly & Co-Founder Sounds From The Corner), Obsat ke-201: Festival Musik Kian Dilirik, menghadirkan narasumber yang kompeten di bidangnya, Ario Adimas (Vice President Marketing Loket.com), Dewi Gontha (Presiden Director PT. Java Festival Production), dan Glenn Fredly (Musisi/Ketua Komite KAMI Indonesia 2018).