Alam bukan merupakan warisan untuk generasi selanjutnya, tetapi merupakan pinjaman sehingga manusia seharusnya terus melestarikan.

Lokasi : Bangsal Sri Manganti, Kp. Rotowijayan No. 1, Panembahan, Karaton, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta
Pembicara : Sri Sultan Hamengku Buwono X, GKR Hayu @GKRHayu (Penghageng Tepas Tandha Yekti), dan Nyoman Iswarayoga @Iswarayoga (Direktur Komunikasi dan Advokasi WWF Indonesia)
Moderator : Wicaksono @Ndorokakung (Pemimpin Redaksi Beritagar.id)
Obsat ke-178: Melestarikan Indonesia adalah even kolaborasi dengan WWF Indonesia di Bangsal Sri Manganti, Karaton Yogyakarta. Membahas tentang pelestarian alam Indonesia dimulai dari kegiatan Earth Hour 2016 yang akan dilakukan di dua landmark Yogyakarta; Candi Prambanan dan Candi Borobudur. Serta membahas isu lingkungan secara khusus di Yogyakarta.
1. Bagaimana aksi WWF Indonesia dalam komitmennya melestarikan lingkungan?
Nyoman Iswarayoga menyatakan bahwa WWF Indonesia berkomitmen dengan mengadakan Earth Hour setiap tahunnya. Mematikan lampu selama satu jam dalam satu hari dapat mengubah gaya hidup masyarakat yang boros energi dan menyadarkan masyarakat bahwa perilaku konsumsinya semakin tinggi sehingga cenderung mempercepat pemanasan global. Terbukti dengan mematikan lampu secara serentak selama satu jam di Earth Hour tahun-tahun sebelumnya, manfat yang didapat sangat besar.
Sri Sultan Hamengku Buwono X menyatakan kenyamanan maupun dampak di lingkungan adalah berasal dari diri sendiri. Karena setiap orang harus berpartisipasi menghargai alam dalam ajaran Memayu Hayuning Bawono (memperindah keindahan dunia).
2. Bagaimana pemerintah Yogyakarta berperan dalam melestarikan alam dan penghematan energi Yogyakarta?
Sebagai Gubernur, Sri Sultan Hamengku Buwono X mengupayakan energi baru terbarukan untuk Jogja dan bekerjasama dengan berbagai pihak. Saat ini Yogyakarta sudah memulai mempraktikan di Baron Technopark. Selain itu, penghematan energi juga menjadi perhatian khusus di Yogyakarta, terutama reboisasi.Yogyakarta saat ini mempunyai kebutuhan air 1700liter/detik. Ketergantungan terhadap tenaga berbahan bakar fosil harus diakhiri dengan cara mengurangi kebutuhan tanpa mengurangi fungsi. Namun, dalam melestarikan alam, tetap dibutuhkan sebuah kebijakan dari semua pihak untuk keberlangsungan penghematan energi.
3. Apa yang membuat GKR Hayu membuat divisi media sosial untuk Karaton Yogyakarta?
Gusti Hayu menginginkan budaya Karaton yang sudah tergerus teknologi dan informasi resmi mengenai Karaton Yogyakarta dapat hadir di khalayak yang sudah akrab dengan media sosial. Sehingga, budaya yang merupakan jati diri dapat didukung teknologi sebagai penguat di dalamnya. Saat ini, informasi mengenai Karaton Yogyakarta dapat diakses melalui akun twitter @KratonJogja_
4. Apa tanggapan Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam regulasi pembangunan di Yogyakarta yang kian semrawut dengan banyaknya hotel yang dibangun?
Sri Sultan Hamengku Buwono X juga merasakan kesedihan tentang pembangunan di Yogyakarta yang semakin semrawut. Semua ini adalah bagian masalah wewenang. Izin pendirian hotel bukan wewenang di pemerintahan daerah namun pada pemerintahan pusat. Sultan telah mengupayakan agar tidak ada lagi izin untuk pembangunan hotel yang terus menerus diberikan oleh pemerintah pusat. Sebagai informasi, ada 32 hotel di Sleman dan Bantul yang meminta izin pembangunan ke BKPM Pusat. Sultan sudah meminta agar dihentikan izinnya. Namun, informasi terkini justru lebih dari 67 hotel baru dibangun di Yogyakarta dan menjadi peringatan khusus untuk lingkungan Yogyakarta.
5. Bagaimana dengan ruang hijau yang semakin menghilang dari Yogyakarta?
Pemerintahan daerah Yogyakarta sudah membuat masterplan untuk banyak ruang terbuka hijau, namun, banyak aparat lingkungan terkecil justru memberikan ruang yang direncanakan sebagai ruang terbuka hijau, malah menjadikannya sebagai hotel kepada investor. Hal ini, menurut Sri Sultan Hamengku Buwono X, adalah kurang ajar, karena banyak investor yang membangun tanpa izin, yang pada akhirnya pemerintah terpaksa mengeluarkan izin.
Alam bukan merupakan warisan untuk generasi selanjutnya, tetapi merupakan pinjaman sehingga manusia seharusnya terus melestarikan dari generasi ke generasi.
Mohon maaf, karena masalah teknis dan jaringan internet di sekitar Karaton Yogyakarta tidak terlalu baik, Obsat ke-178: Melestarikan Indonesia tidak dapat diakses melalui #LiveStreaming.
APA KOMENTARMU?